Orang – orang yang tidak mempunyai duit maka dia bisa Islam dengan sahadat. Sahadat tidak perlu duit, semua orang, yang tidak mempunyai duit juga bisa melakukan sahadat.
Orang yang mempunyai duit, mampu membeli sarung, pakaian, memenuhi sandang. Dengan mempunyai sandang, yang bisa menutupi auratnya, maka orang bisa menunaikan shalat. Hal ini belum bisa dilakukan apabila orang tidak mampu memenuhi sandang. Dengan duit orang tidak mampu memenuhi sandang. Dengan duit orang bisa membeli atau memenuhi kebutuhan akan sandang yang bisa menutup auratnya, yang sesuai dan memenuhi syarat, bagaimana seharusnya aurat tertutup. Pakaian atau sandang yang bagaimana yang baik untuk digunakan saat melakukan ibadah shalat.
Setelah sandang terpenuhi, orang bisa melakukan sahadat, shalat, maka orang yang mempunyai duit, yang lebih dari mampu untuk sandang, orang akan mempunyai duit yang banyak. Dengan duit yang banyak orang mampu membayar zakat. Saat duit atau kekayaannya belum sampai nisab, paling tidak orang mampu membayar zakat fitrah. Bagi yang berduit banyak dan telah melampaui nisab maka hartanya itu akan menimbulkan kemampuan baru, bahwa orang mampu membayar zakat mal, zakat harta, zakat kekayaannya.
Orang yang berduit, tidak mengalami masalah dengan duit, bahwa orang tidak bekerja untuk duit, bahkan sebaliknya duit yang bekerja untuknya. Pada tahap ini, duit membuatnya banyak punya waktu, kesempatan dan kemampuan untuk mengekspresikan jiwanya. Dengan dukungan duit orang bisa dan mempunyai banyak waktu untuk berdzikir, memperbanyak amalnya dan melipatgandakan pahala serta kegiatan keIslamannya. Duit yang banyak memberikan kesempatan orang untuk memperbanyak amal shalehnya, orang punya banyak waktu untuk berdzikir, orang mampu memperbanyak shadakohnya, infaknya, zakatnya, dan memberi kesempatan orang lain untuk bekerja, bahkan membantu orang lain untuk menjadi seperti dirinya.
Duit yang banyak memberi kesempatan dan meningkatkan kemampuan dan keikhlasan untuk puasa. Puasa merupakan satu cara untuk melipatgandakan amal dan pahala. Sudah banyak amal ibadahnya, dilipatgandakan dengan puasa. Semua kebutuhan dan sumber daya telah terpenuhi oleh duit, maka orang digiring menuju tujuan hidup. Sahadat, shalat, zakat, puasa, semua terpenuhi secara kuantitas dan kualitas. Dengan keadaan seperti ini, karena dorongan yang ditimbulkan kehidupan yang dialami serta kebiasaan yang telah menghujam menjadi budaya, maka orang siap memasuki tahap baru. Tahap dimana hidup dan matinya hanya untuk Tuhan, untuk Allah. Maka petualangan secara rohani, pencarian jiwa, pencarian pusaran pusat pedoman Islam mulai dijelaskan secara bahasa dunia dengan komunikasi manusia. Pencarian – pencarian ke tempat orang – orang sama –sama mencari dimana pusat peradapan, pusat dimana ajaran menetes ke bumi, pencarian secara nyata dimana rumah Tuhan, Allah, berada. Dengan duit maka orang dengan kesempatan, dorongan, motivasi, niat dan keikhlasan menjadikan orang menunaikan haji.
Dengan duit orang bisa benar – benar Islam. Islam yang kaffah, Islam yang terpenuhi semua rukunnya. Terpenuhi secara baik dan penuh keikhlasan serta ketakjuban.
Darimana kita harus memulainya?
Peganglah, Simpanlah, Ingatlah, Lakukanlah, Ketahuilah, berdzikirlah, berfikirlah dan beramal shalehlah. Secara nyata sesungguhnya didunia ini terdapat duit yang bertuliskan “Percaya Pada Tuhan”
Saat orang memegang duit itu, sekaligus orang itu akan berdzikir.
“Duit bukan segalanya tetapi segalanya bisa karena duit!”
0 komentar:
Posting Komentar